Waiting for Godot merupakan sebuah naskah drama yang sudah
beberapa kali dipentaskan. Naskah ini pertama kali dipentaskan di Paris pada
tanggal 5 januari 1953 . Naskah aslinya berbahasa Prancis yang kemudian
diterjemahkan ke dalam banyak bahasa termasuk bahasa Indonesia.
Waiting for
godot mulai ditulis pada tanggal 9 Oktober 1948 dan selesai pada tanggal 29
Januari 1949. Naskah drama ini terdiri dari dua babak. Babak I dan babak II
menunjukkan setting tempat dan waktu yang sama, yaitu di suatu jalan di desa
pada suatu senja. Pada jalan itu terdapat sebuah pohon. Pada babak I, pohon itu
tanpa daun, dan pada babak II sudah muncul beberapa helai daun. Tokoh yang
terdapat dalam naskah ini hanya lima orang, yakni Vladimir, Estragon, Pozzo,
Lucky, serta Boy. Namun dalam dialog yang diucapkan oleh para tokoh tersebut
muncul nama Godot, ialah tokoh yang mereka nantikan. Godot tidak muncul dalam
teks drama secara konvensional dalam artian hanya ada nama tokoh dan dialog
tetapi hanya dalam ucapan tokoh tokoh yang membicarakannya. Dengan kata lain,
kehadiran Godot adalah “ex absentia”, yakni keberadaan dari ketiadaan. Ia
dibicarakan terus menerus namun ia tidak muncul. Ketiadaan dirinya telah
menjadikannya sebagai pusat perhatian dan dengan cara yang demikian itulah ia
menunjukkan kekuasaannya dalam hal daya paksanya terhadap Vladimir dan Estragon
untuk tetap menunggunya datang.
Sumber : Kompasiana
ADEGAN I
Sebuah jalan desa. Sebatang pohon. Petang hari
Sebuah jalan desa. Sebatang pohon. Petang hari
Estragon duduk di sebuah gundukan, sedang mencoba melepaskan
sepatu bootnya. Dia menarik dengan kedua tangannya, lalu ternengah-engah. Dia
menyerah, Nampak sangat lelah, istirahat dan mencobanya lagi seperti
sebelumnya. Masuk Vladimir.
Estragon : “Sia-sia!(menyerah lagi)”
Vladimir : (Maju dengan langkah pendek, berjalan kaki, kedua kakinya melangkah lebar)
“Aku mulai setuju dengan pendapat itu. sepanjang hidup aku mencoba menjauhkannya dariku dengan berkata; Vladimir cobalah berpikir, kau bahkan belum mencoba semuanya. Dan aku terus berjuang”.
Estragon : “Memang”
Vladimir : (Maju dengan langkah pendek, berjalan kaki, kedua kakinya melangkah lebar)
“Aku mulai setuju dengan pendapat itu. sepanjang hidup aku mencoba menjauhkannya dariku dengan berkata; Vladimir cobalah berpikir, kau bahkan belum mencoba semuanya. Dan aku terus berjuang”.
Estragon : “Memang”
Estragon : “Memang”
Vladimir : “Aku senang melihatmu lagi. Aku kira kau telah
pergi untuk selamanya”.
Estragon : “Aku juga”.
Vladimir : “Bersama lagi, akhirnya! Kita harus merayaknnya.
Tapi bagaimana caranya? (dia berpikir) bangunlah dan aku akan memelukmu”.
Estragon : (Dengan marah) “Jangan sekarang. Jangan sekarang”
Vladimir : (Terluka, dengan dingin) “Bolehkah hamba tahu di manakah
tuan puteri menghabiskan malamnya?”
Estragon : “Di selokan”.
Vladimir : (Dengan kagum) “Selokan? Di mana?”
Estragon : (Tanpa isyarat) “Di sana”.
Vladimir : “Dan mereka tidak memukulmu?”
Estragon : “Memukulku? Tentu saja mereka memukulku”
Vladimir : “Gerombolan yang sama?”
Estragon : “Sama? Aku tidak tahu”
Vladimir : “Jika aku memikirkan hal itu…. selama ini… apa
jadinya kamu tanpa aku…. (dengan tegas) pada saat itu, kau tidak lain hanya
seoonggok tulang. Aku yakin akan hal itu”.
Estragon : “Lantas?”
Vladimir : (Dengan muram) “Itu keterlaluan untuk seorang
manusia (Pause. Dengan ceria) tapi sebaliknya, apa untungnya saat ini putus
asa, itu yang aku katakan. Kita seharusnya memikirkan hal itu jutaan tahun yang
lalu. Pada abad ke 19”.
Estragon : “Ah, hentikan ocehanmu dan bantu aku menyingkirkan
barang rongsokan ini”.
Vladimir : “Pada awalnya, saling bergandengan di puncak
menara Eiffel. Kita sangat cantik pada saat-saat itu. tapi sekarang sudah
terlambat. Mereka bahkan tak akan pernah membiarkan kita naik lagi. (Estragon
membuka sepatunya) apa yang akan kau lakukan?”
Estragon : “Mencopot sepatu booku. Apa kau tidak pernah
melakukannya?”
Vladimir : “Sepatu harus dilepas setiap hari. Aku telah
mengatakan hal itu padamu. Kenapa kau tidak mencoba mendengarku?”
Estragon : (Dengan lemah) “Bantu aku!”
Vladimir : “Sakitkah?”
Estragon : “Sakit!”
Vladimir : (Dengan marah) “Tak ada orang yang menderita
selain kau, aku tidak termasuk. Aku ingin dengar apa yang akan kau katakan jika
tahu apa yang aku alami”.
Estragon : (Menuding) “Kau mungkin mengancingkannya. Sama
saja”.
Vladimir : (Membungkuk) “Benar (dia mengancingkan tutup
luarnya) jangan pernah remehkan hal-hal kecil kehidupan”.
Estragon : “Apa yang kau harapkan, kau selalu menunggu sampai
saat terakhir”
Vladimir : (Termenung) “Saat terakhir…. (dia merenung)
Harapan yang tertunda memang menyakitkan. Siapakah yang mengatakannya?”
Harapan yang tertunda memang menyakitkan. Siapakah yang mengatakannya?”
Estragon : “Kau tidak menolongku?”
Vladimir : “Kadang-kadang aku merasa semuanya menjadi sama
saja. Lalu aku merasa semuanya menggelikan.
(dia melepaskan topinya, menatap tajam ke dalamnya menggoncang-goncangkannya, lalu memakainya lagi) Bagaimana aku mengatakannya? Lega dan pada saat yang bersamaan…. (dia mencari kata yang tepat)…nge-ri. (dengan penekanan) Nge-ri (dia melepaskan topinya lagi, menatap tajam ke dalamnya) Lucu (dia mengetuk-ngetuk bagian atasnya seolah-olahmengusir bagian yang asing. Melihat bagian dalamnya lagi, memakainya kembali) sia-sia saja. (Estragon dengan kekuatan penuh berhasil menarik sepatu bootnya. Dia melihat bagian dalamnya, menggoncang-goncangnya, melihat ke tanah untuk memastikan apakah ada sesuatu yang keluar dari sepatunya, tidak menemukan apa-apa, merogoh dalamnya lagi. Menatap Vladimir dengan pandangan yang kabur)
(dia melepaskan topinya, menatap tajam ke dalamnya menggoncang-goncangkannya, lalu memakainya lagi) Bagaimana aku mengatakannya? Lega dan pada saat yang bersamaan…. (dia mencari kata yang tepat)…nge-ri. (dengan penekanan) Nge-ri (dia melepaskan topinya lagi, menatap tajam ke dalamnya) Lucu (dia mengetuk-ngetuk bagian atasnya seolah-olahmengusir bagian yang asing. Melihat bagian dalamnya lagi, memakainya kembali) sia-sia saja. (Estragon dengan kekuatan penuh berhasil menarik sepatu bootnya. Dia melihat bagian dalamnya, menggoncang-goncangnya, melihat ke tanah untuk memastikan apakah ada sesuatu yang keluar dari sepatunya, tidak menemukan apa-apa, merogoh dalamnya lagi. Menatap Vladimir dengan pandangan yang kabur)
Bagaimana?”
Estragon : “Tak ada”.
Vladimir : “Perlihatkan”
Estragon : “Tak ada yang perlu diperlihatkan”
Vladimir : “Coba pakailah lagi”
Estragon : (Memeriksa kakinya) “Aku akan
mengangin-anginkannya sebentar”
Vladimir : “Ada banyak orang sepertimu. Menyalahkan
sepatunya, padahal kakinya yang salah. (Dia melepas topinya lagi melihat ke
dalamnya, merabanya, mengetuk bagian atasnya, meniupnya dan memakainya lagi)
hal ini mulai mengkhawatirkan (Hening, Vladimir berpikir keras, Estragon
menarik-narik jari-jari kakinya) Salah satu pencuri itu diselamatkan. (pause)
bagian yang masuk akal. (pause) Gogo”.
Vladimir : “Kita sedang menunggu Godot”.
Estragon : (Dengan putus asa) “ Benar! (pause). Kau yakin di
sini?”
Vladimir : “Dia berkata dekat pohon. (mereka melihat ke
pohon). Kau lihat yang lainnya?”
Estragon : “Apa itu?”
Vladimir : “Aku tak tahu. Sebatang kayu”.
Estragon : “Ke mana daun-daunnya?”
Vladimir : “Pasti sudah mati”.
Estragon : “Nampak seperti semak-semak”
Vladimir : “Belukar”
Estragon : “Semak-semak”
Vladimir : “Sebuah- apa maksudmu? Bahwa kita telah datang ke
tempat yang salah?”
Estragon : “Seharusnya dia di sini”.
Vladimir : “Dia tidak mengatakan dengan pasti bahwa dia akan
datang”
Estragon : “Dan jika dia tidak datang?”
Vladimir : “Kita akan kembali besok”
Estragon : “Juga esok harinya”
Vladimir : “Mungkin”
Estragon : “Dan seterusnya”
Vladimir : “Intinya adalah”
Estragon : “Sampai dia datang”
Vladimir : “Kau tak berperasaan”
ADEGAN 2
Estragon : “Kita datang ke sini kemarin”
Vladimir : “Ah tidak, lihat kau salah?”
Estragon : “Apa yang kita kerjakan kemarin?”
Vladimir : “Apa yang kita kerjakan kemarin?”
Estragon : “Ya”
Vladimir : “Ya ampun…. (dengan marah). Tak ada yang pasti
jika kau ada di dekatku”.
Estragon : “Menurutku kita di sini kemarin”
Vladimir : (memandangi sekitarnya) “Kau mengenali tempat ini?”
Estragon : “Aku tidak mengatakan begitu”.
Vladimir : “Ya, lalu apa?”
Estragon : “Ah, tidak akan ada bedanya”
Vladimir : “Semuanya sama…. Pohon itu…. (berputar menghadap
auditorium)… rawa-rawa itu”.
Estragon : “Kau yakin seharusnya malam ini?”
Vladimir : “Apa?”
Estragon : “Saat kita harus menunggu”
Vladimir : “Dia mengatakan hari sabtu. (pause) aku kira”
Pozzo (Keluar) : “Jalan! (suara lecutan. Pozzo muncul, mereka
melewati panggung, lucky lewat di depan Vladimir dan Estragon dan keluar. Pozzo
berhenti sejenak di depan Estragon dan Vladimir. Talinya mengencang. Pozzo
menyentakkannya dengan keras) mundur!
(suara ribut Lucky yang jatuh bersama seluruh barangnya. Vladimir dan Estragon berpaling padanya, setengah berharap setengah takut ingin membantunya. Vladimir melangkah menuju Lucky, Estragon menahannya dengan menarik lengan bajunya)”
(suara ribut Lucky yang jatuh bersama seluruh barangnya. Vladimir dan Estragon berpaling padanya, setengah berharap setengah takut ingin membantunya. Vladimir melangkah menuju Lucky, Estragon menahannya dengan menarik lengan bajunya)”
Vladimir : “Lepaskan aku!”
Estragon : “Diam di tempatmu!”
Pozzo : “Hati-hati! dia jahat! (Vladimir dan Estragon
berpaling kearah Pozzo) terhadap orang-orang asing”.
Estragon : (Dengan suara pelan) “Itukah dia?”
Vladimir : “Siapa?”
Estragon : (Mencoba mengingat nama) “Ehhh….”
Vladimir : “Godot?”
Estragon : “Ya”.
Pozzo : “Kupersembahkan diriku; Pozzo”
Vladimir : (Pada Estragon) “Bukan sama sekali!”
Estragon : “Dia bilang Godot”
Vladimir : “Bukan sama sekali!”
Estragon : (Dengan takut-takut pada Pozzo) “Kau bukan godot?”
Pozzo : (Dengan suara menakutkan) “Aku Pozzo! (hening)
Pozzo!(hening) tidak berartikah nama itu buat kalian? (hening) aku bilang tidak
berartikah nama itu buat kalian?” (Vladimir dan Estragon bertatapan penuh
pertanyaan)
Estragon : (Berpura-pura mencari) “Bozzo…. Bozo…”
Vladimir : (sama) “Pozzo…. Pozzo….”
Pozzo :” Pppozzoo!”
Estragon : “Ah! Pozzo…. Coba lihat…. Pozzo”
Vladimir : “Pozzo atau Bozzo?”
Estragon : “Pozzo…. Tidak… aku takut aku…. Tidak… nampaknya
aku tidak….” (Pozzo maju dengan mangancam)
Vladimir : (mencoba menenangkan) “Aku pernah kenal sebuah keluarga yang bernama Gozzo. Ibunya juga mempunyai cambuk yang keras dan nyaring”
Vladimir : (mencoba menenangkan) “Aku pernah kenal sebuah keluarga yang bernama Gozzo. Ibunya juga mempunyai cambuk yang keras dan nyaring”
Estragon : (dengan tergesa-gesa) “Kami bukan dari sini nyonya”
Pozzo : (berhenti) “Kalian adalah manusia biasa, tak lebih
(dia memakai kacamatanya) Sejauh yang bisa kulihat (dia melepas kacamatanya)
dengan spesies yang sama sepertiku (tiba-tiba tawanya meledak) dengan spesies
yang sama dengan Pozzo. Buatan citra Tuhan!”
Vladimir : “Kau lihat sendiri, kan-“
Pozzo : (dengan nada memerintah) “Siapa itu Godot?”
Estragon : “Godot?”
Pozzo : “Kau kira aku Godot”
Estragon : “Oh tidak nyonya, tidak sedikit pun”
Pozzo : “Siapa dia?”
Vladimir : “Oh, dia itu…. dia semacam kenalan”
Estragon : “Oh, bukan apa-apa nyonya, kami hampir tidak
mengenalnya”
Vladimir : “Betul, kami tidak mengenalnya dengan baik….
Tetapi semua sama saja….”
Estragon : “Secara pribadi, saya bahkan tidak akan
mengenalnya jika saya melihatnya”
Pozzo : “Kau kira aku dia”
Estragon : (melompat mundur di hadapan Pozzo) “Itu karena….Gelap….letih….tegang….menunggu….aku….mengaku….aku
percaya….untuk sesaat….”
Pozzo : “Menunggu? Jadi kau menunggunya?”
Vladimir : “Oh….begini….”
Pozzo : “Di sini? Di tanahku?”
Vladimir : “Kami tidak bermaksud jahat, nyonya”.
Estragon : “Maksud kami baik”
Pozzo : “Setiap orang bisa lewat dengan bebas”
Estragon : “Begitulah kami melihatnya”
Pozzo : “Ini sebuah penghinaan. Tapi di sinilah kalian”
Estragon : “Bagaimana lagi”
Pozzo : (dengan isyarat tubuh baik hati) “Tidak usah kita
bicarakan lagi hal ini (dia menyentakan tali) bangun, babi! (pause) setiap kali
dia jatuh dia tertidur (menyentakkan tali) bangun, celeng! (suara ribut Lucky
bangkit dan mengambil barang-barangnya. Pozzo menyentakkan talinya) mundur!
(masuk lucky yang berjalan mundur) Stop! (Lucky berhenti) Berputar! (Lucky
berputar. Pada Vladimir dan Estragon dengan ramah) Saudara, saudara saya
bahagia bisa bertemu dengan Anda. (sebelum ekspresi meragukan mereka) ya, ya
tulus saya bahagia (dia menyentakkan talinya) Mendekat (Lucky maju) Stop!
(Lucky stop) Ya, jalan Nampak jauh jika seseorang melakukan perjalanan
sendirian selama…. (dia melihat jamnya)…. Ya….(dia menghitung)….ya 6 jam,
betul, 6 jam penuh, dan tidak ada satu jiwa pun yang terlihat. (pada Lucky)
mantel! (Lucky meletakan tas, maju, menyerahkan mantel, kembali ke tempatnya,
mengangkat tas) pegang ini! (Pozzo memegang cambuk. Lucky maju, kedua tangannya
penuh dengan barang, mengambil cambuk dengan mulutnya, lalu kembali ke
tempatnya. Pozzo mulai memakai mantelnya. Berhenti) Mantel! Lucky meletakkan
tas, keranjang dan kursi, maju, membantu pozzo memakai mantelnya, kembali ke
tempatnya dan mengangkat barangnya) Sejuknya udara malam ini (Pozzo selesai
mengencangkan kancing mantelnya, emmbungkuk, memeriksa dirinya, meluruskan
badan) Cambuk! (Lucky maju, membungkuk, Pozzo merenggut cambuk itu dari
mulutnya, lucky kembali ke tempatnya) ya, saudara-saudara, saya tidak bisa
berlama-lama dengan orang-orang yang bukan dari kalanganku (dia memakai
kacamatanya dan menatap keduanya) Bahkan yang sederajat pun bukan orang yang
sempurna (dia melepas kacamatanya) Kursi! (Lucky meletakkan tas dan keranjang,
maju, membuka kursi, menggerakannya, kembali ke tempatnya, mengambil tas dan
keranjang. Pozzo duduk , menempatkan pegangan cambuknya di dada Lucky dan
menekannya) Mundur! (Lucky mundur selangkah) Lebih jauh! (Lucky mengambil
langkah mundur lagi) Stop! (Lucky berhenti. Pada Vladimir dan Estragon) itulah
sebabnya, tentu saja dengan seijin Anda, saya ingin dulu bercakap-cakap dengan
Anda sebentar sebelum saya melanjutkan perjalanan lebih jauh. Keranjang! (Lucky
maju, memberikan keranjang. Kembali ke tempatnya) udara segar merangsang selera
makan yang hilang (dia membuka keranjang, mengeluarkan sepotong daging ayam dan
sebotol anggur) Keranjang! (Lucky maju, mengambil kembali keranjangnya, kembali
ke tempatnya) lebih jauh!( Lucky mengambil satu langkah lagi) Dia bau.
Hari-hari bahagia! (dia minum dari botol, meletakkannya dan mulai makan.
Hening. Vladimir dan Estragon pada awalnya dengan takut-takut tetapi kemudian
dengan lebih berani mulai mengelilingi lucky dan memeriksanya dari atas sampai
bawah. Pozzo makan ayam dengan rakusnya, melemparkan tulangnya setelah menghisapnya.
Lucky berlutut dengan pelan, sampai tas dan keranjangnya menyentuh tanah, lalu
meluruskan badan dengan tiba-tiba dan mulai melendut lagi. Irama tidur
seseorang yang berdiri di atas kakinya)”
Estragon : “Sakit apa dia?”
Vladimir : “Dia kelihatan lelah”
Estragon : “Kenapa dia tidak meletakkan tasnya?”
Vladimir : “Mana aku tahu? (mereka mendekatinya) hati-hati!”
Estragon : “Katakan sesuatu padanya!”
Vladimir : “Lihat”
Estragon : “Apa?”
Vladimir : (menunjuk) “Lehernya!”
Estragon : (memandang lehernya) “Aku tak melihat apa-apa”.
Vladimir : “Sini” (estragon menghampiri Vladimir dan berdiri
di sampingnya)
Estragon : “Oh, itu”
Vladimir : “Luka yang masih basah”
Estragon : “Talinya”
Vladimir : “Gesekannya”
Estragon : “Tak terhindarkan”
Vladimir : (dengan segan) “Wajahnya tidak terlalu buruk”
Estragon : (mengangkat bahunya, wajahnya menyeringai) “Begitukah
menurutmu?”
Vladimir : “Nampak feminin”
Estragon “Lihat liurnya”
Vladimir : “Tak terhindarkan”
Estragon : “Lihat busanya”
Vladimir : “Mungkin dia setengah gila. Dan matanya?”
Estragon : “Kenapa dengan matanya?”
Vladimir : “Melotot keluar”
Estragon : “Nampaknya dia sekarat”
Vladimir : “Belum tentu (pause) Coba kau tanyai dia”
Estragon : (dengan takut-takut) “Maaf…nyonya”.
Pozzo : “Ada apa sahabatku?”
Estragon : “Eh…. Anda sudah selesai…. Eh…. Anda tidak
membutuhkan…. Eh…tulang-tulang?”
Vladimir : (terkejut) “Kau sudah tidak sabar ya?”
Pozzo : “Tidak apa-apa. Dia memintanya dengan baik. Apakah
aku membutuhkan tulang-tulang itu? (dia membolak-balikan tulang-tulang itu
dengan cambuknya) Secara pribadi aku tidak membutuhkannya lagi (Estragon maju
selangkah kea rah tulang-tulang itu) Tapi… (estragon berhenti mendadak)…. Tapi
teorinya tulang-tulang itu milik yang membawanya. Mintalah ijin padanya.
(estragon berpaling ke Lucky, bimbang) teruskan, maju saja, jangan takut,
tanyalah padanya, dia akan menjawabnya (Estragon menghampiri Lucky, berhenti di
depannya)”
Estragon : “Nyonya…. Permisi nyonya (Lucky tidak bereaksi,
pozzo melecutkan cambuknya. Lucky mendongakkan kepalanya)”
Pozzo : “Kau sedang diajak bicara, babi! Jawab! (pada
estragon) cobalah lagi”.
Estragon : “Maaf Nyonya, tulang-tulang, anda tidak
membutuhkannya lagikah? (Lucky menatap lama pada estragon)”
Pozzo : (dengan keriangan) “Nyonya! (Lucky menundukan kepalanya)
Jawab! Kau menginginkan atau tidak? (Lucky diam. Pada Estragon)
Vladimir : (meledak) “Ini memalukan! (hening. Terkejut.
Estragon berhenti menggigiti tulangnya, menatap Pozzo dan Vladimir bergantian.
Pozzo merasa tenang. Vladimir merasa malu)”
Pozzo : (pada Vladimir) “Apakah kau bermaksud mengatakan
sesuatu yang khusus?”
Vladimir : (tegas berbicara dengan tak henti) “Memperlakukan
seseorang…(tubuhnya menghadap Lucky)…dengan cara seperti itu…aku pikir….tidak….
seorang manusia….tidak…ini memalukan”.
Estragon : (tidak mau kalah) “Sebuah penghinaan!” (dia
melanjutkan mengigiti tulangnya)
Pozzo : “Kau kasar (pada Vladimir) berapa usia Anda, jika ini
bukan pertanyaan kasar. (hening) enam puluh? Tujuh puluh? (pada Estragon)
menurut Anda, berapa usianya?”
Estragon : “Sebelas!”
Pozzo : “(dia mengetuk-ngetukan pipanya pada cambuk, bangkit) aku harus melanjutkan perjalananku. Terima kasih atas keramahanmu. (dia berpikir) kecuali jika aku merokok lagi sebelum pergi. Bagaimana menurutmu? (mereka diam saja) Oh… aku hanya seorang perokok ringan, sangat ringan. Bukan kebiasaanku merokok dua kali sekaligus, itu akan membuat jantungku dag-dig-dug. (hening) nikotinnya, mereka bilang tidak baik untuk kesehatan , tapi mungkin Anda tidak merokok? Ya? Tidak?”
Pozzo : “(dia mengetuk-ngetukan pipanya pada cambuk, bangkit) aku harus melanjutkan perjalananku. Terima kasih atas keramahanmu. (dia berpikir) kecuali jika aku merokok lagi sebelum pergi. Bagaimana menurutmu? (mereka diam saja) Oh… aku hanya seorang perokok ringan, sangat ringan. Bukan kebiasaanku merokok dua kali sekaligus, itu akan membuat jantungku dag-dig-dug. (hening) nikotinnya, mereka bilang tidak baik untuk kesehatan , tapi mungkin Anda tidak merokok? Ya? Tidak?”
Vladimir : “Ayo pergi”
Estragon : “Sekarang?”
Pozzo : “Sebentar (dia menyentakkan tali kekangnya) Kursi!
(dia menuding dengan cambuknya. Lucky memindahkan kursinya) Lagi! Di sana! (dia
duduk, Lucky kembali ke tempatnya) selesaikan! (dia menghisap pipanya)”
Vladimir : (dengan berapi-api) “Ayo pergi!”
Pozzo : “Aku harap aku tidak sedang mengusirmu. Tunggulah
beberapa saat lagi. Kalian tidak akan menyesalinya”.
Estragon : (mencium kemurahan hati) “Kami tidak tergesa-gesa”
Pozzo : (menyalakan pipanya) “yang kedua tidak terlalu manis
(dia mengeluarkan pipa dari mulutnya. Berpikir)…. Maksudku, seperti pertama
kali (dia menghisap dan menghembuskan asap cerutunya kembali di mulutnya) tapi
rasa manisnya sama”.
Vladimir : “Aku pergi”
Pozzo : “Dia sudah tidak tahan lagi dengan kehadiranku. Aku
mungkin tidak manusiawi, tapi persetan. (pada Vladimir) berpikirlah dua kali
sebelum kalian melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa. Andai Anda pergi sekarang
padahal sekarang masih terang. apa yang terjadi dalam situasi itu tentang janji
kalian dengan….Godot…. godot…. Godot…. Siapapun, kau tahu yang aku maksudkan
Vladimir : “Siapa yang mengatakannya padamu?”
Pozzo : “Dia bicara lagi padaku! Jika saja ini berlangsung
lebih lama lagi tak lama lagi kita akan menjadi teman baik”.
Estragon : “Kenapa dia tidak meletakkan tasnya?”
Pozzo : “Tapi itu tidak mengejutkanku”
Vladimir : “Kamu sedang ditanyai”
Pozzo : “Pertanyaan? Apa? Siapa? (hening) sesaat yang lalu
kau memanggilku dengan gemetar dan ketakutan. Sekarang Anda berani bertanya
padaku. Akhir yang buruk”.
Vladimir : “Aku pikir ia mendengarkan”
Estragon : (mulai mengelilingi Lucky) “Apa?”
Vladimir : “Kau bisa bertanya sekarang padanya. Dia sudah
siap”.
Estragon : “Bertanya apa?”
Vladimir : “Kenapa dia tidak meletakkan tasnya?”
Pozzo : (yang selama ini mengikuti pembicaraan dengan penuh
perhatian) “kamu ingin tahu kenapa ia tidak meletakkan tasnya sebagaimana kau
menyebutnya?”
Vladimir : “Benar”
Pozzo : “Jawabannya begini (pada Estragon) tapi tenanglah,
aku mohon, kau membuatku gugup!”
Vladimir : “Sini”
Estragon : “Ada apa?”
Vladimir : “Dia hampir bicara (Estragon pergi ke samping
Vladimir. Diam, berdampingan, mereka menunggu)”
Pozzo : “Bagus. Apakah semua sudah siap? Apakah semua orang
menatapku? (dia memandang Lucky, menyentakkan tali, Lucky mengangkat kepalanya)
maukah kau menatapku, Babi! (Lucky menatapnya) Bagus! (dia memasukan pipanya ke
sakunya, mengeluarkan sedikit penyegar dan menyemprotkannya ke tenggorokannya.
Estragon : “Aku pergi”
Pozzo: “Apa yang sebenarnya kalian ingin ketahui?”
Vladimir : “Kenapa dia?”
Pozzo : (dengan marah) “Jangan memotong pembicaraanku!
(pause, lebih tenang) jika kita bicara bersamaan, kita tidak akan sampai ke
mana-mana.
Estragon : “(dengan paksa) Tas. (dia menuding Lucky) kenapa?
Selalu dibawa? (dia melendut terengah-engah) tidak pernah diturunkan (dia
membuka kedua tangannya, meregang ke atas dengan lega) kenapa?”
Pozzo : “Ah! Kenapa tidak kau katakan begitu tadi? Kenapa dia
menyusahkan diri sendiri? Coba kita pecahkan masalah ini. Apakah dia tidak
punya hak untuk melakukan itu? tentu saja dia punya. Hal itu ada padanya, tapi
dia tidak menginginkannya? (pause) alasannya ini”.
Vladimir : (pada Estragon) “Perhatikan”
Pozzo : “Dia ingin membujukku sehingga aku tidak akan lagi
berpikir untuk melepaskannya. Tidak, itu juga tidak terlalu tepat”.
Vladimir : “Kau ingin mengenyahkannya?”
Pozzo : “Coba saja seandainya ia ada di tempatku dan aku di
tempatnya. Untung saja itu tidak terjadi. Setiap orang punya haknya
masing-masing. Memang. Tapi ketimbang aku mengusirnya seperti yang mungkin
pernah aku lakukan, maksudku ketimbang aku menendang bokongnya begitu saja.
Maka dengan kebaikan hatiku aku justru membawanya ke pasar, dengan harapan aku
akan dapat menjualnya dengan harga yang bagus. Sebenarnya kau tidak dapat
membuang mahluk semacam ini. Yang terbaik adalah dengan membunuhnya. (Lucky
menangis)”
Estragon : “Dia menangis”
Pozzo : “Anjing tua saja lebih punya harga diri (dia
menawarkan saputangannya pada Estragon) jika kau kasihan padanya, tenangkan dia
(estragon bimbang) ayolah! (Estragon mengambil saputangan itu) hapuslah air
matanya, dia akan merasa sedikit lega (Estragon bimbang)”
Vladimir : “Sini, berikan padaku, aku akan melakukannya
(estragon menolak menyerahkan saputangan itu. dengan gesture ke kanak-kanakan)”
Pozzo : “Bergegaslah, sebelum dia berhenti (Estragon
mendekati Lucky dan akan menghapus airmatanya. Lucky menendang keras di bagian
tulang keringnya. Estragon menjatuhkan saputangannya, melompat mundur,
sempoyongan (menegrang kesakitan) saputangan! (Lucky meletakkan tas dan
keranjangnya, memungut saputangan dan menyerahkannya pada Pozzo, kembali ke
tempatnya, mengambil tas dan keranjangnya)”
Estragon : “Ah celeng! (dia menarik celana panjangnya ke
atas) dia melumpuhkanku!”
Pozzo : “Sudah kubilang dia tidak menyukai orang asing”.
Vladimir (pada Estragon) : “Coba lihat (Estragon menunjukan
kakinya. Pada Pozzo dengan marah) dia berdarah!”
Pozzo : “Pertanda bagus”
Estragon : (pada kaki satunya) “Aku tidak akan pernah
berjalan lagi!”
Vladimir : (dengan lembut) “Aku akan menggendongmu (pause)
jika perlu, Coba berjalanlah (Estragon berjalan dengan langkah pincang di
hadapan Lucky dan meludahinya, lalu pergi dan duduk di atas gundukan)”
Pozzo :”Tebak, siapa yang mengajariku semua hal indah ini?
(pause, menunjuk Lucky) lucky ku!”
Vladimir : “(memandang langit) Apakah malam tak akan datang?”
Pozzo : “Tapi baginya, semua pikiran dan perasaanku hanya
akan menjadi hal yang biasa. Kekhawatiran professional! Kecantikan keanggunan,
kebenaran air pertama, aku tahu semua tidak aku punya. Aku mendapatkan darinya!”
Vladimir : “(terkejut dari pemeriksaan) Darinya?”
Pozzo : “Hal itu sudah hampir 60 tahun yang lalu… (dia
melirik arlojinya) ya, hampir 60 tahun (menggambarkan dirinya dengan bangga)
kau tidak akan mengira hal itu tampak padaku, bukan? Dibandingkan dengannya,
aku Nampak seperti gadis bukan? (pause) Topi! sekarang lihat. (Pozzo melepas
topinya. Kepalanya botak polos (dia memakai lagi topinya)”
Vladimir : “Dan kau sekarang mengabaikannya? Seperti seorang tua
dan pelayan yang tak setia. Setelah menghisap habis segala kebaikan yang ada
padanya, kau ingin mebuangnya seperti sebuah…. Seperti sebuah kulit pisang.
Sungguh….”
Pozzo : “ (merintih, mencengkram kepalanya) aku tak bisa
menanggungnya… lebih lama lagi…. Cara dia melakukannya…. Kau tidak akan pernah
tahu…. Mengerikan…. Dia harus pergi…. (dia mengayunkan tangannya)…. Aku bisa
gila…. (dia jatuh, kepalanya ada di antara kedua tangannya) …. Aku tidak dapat
menanggungnya…. Lebih lama lagi….(hening, mereka semua menatap Pozzo)”
Vladimir : “Dia tak dapat menanggungnya”
Estragon : “Lebih lama lagi”
Vladimir : “Dia bisa gila”
Estragon :”Ini mengerikan”
Vladimir : “(pada Lucky)Beraninya kau! Menjijikan! Seorang
majikan yang baik! Menyalibkannya seperti itu! setelah bertahun-tahun lamanya!
Keterlaluan!”
Pozzo : “(tersendat-sendat) Dia dulu sangat baik…. Sangat
membantu…. Dan menghibur…. Malaikatku yang baik…. Dan sekarang…. Dia sedang
membunuhku.”
Estragon : “Apakah dia ingin menggantikannya?”
Vladimir : “Apa?”
Estragon :”Apakah dia menginginkan seseorang menggantikan
tempatnya?”
Vladimir : “Aku tidak tahu”
Estragon : “Tanyalah padanya”
Pozzo : “(lebih tenang)Sahabat-sahabatku, aku tidak tahu apa
yang terjadi padaku. Maafkan aku. Lupakan semua yang kukatakan tadi (lebih pada
dirinya sendiri) aku tidak ingat dengan pasti apa saja yang aku katakan tadi,
tapi kalian boleh yakin kalau tidak ada kebenaran di dalamnya.
ADEGAN 3
Vladimir : “Malam yang menakjubkan yang kita miliki”
Vladimir : “Malam yang menakjubkan yang kita miliki”
Estragon : “Tak terlupakan”
Vladimir : “Dan ini belum berakhir”
Estragon : “Jelas-jelas tidak”
Estragon : “Kemana kita pergi”
Vladimir :”Tidak jauh”
Estragon : “Oh, ya. Ayo kita pergi jauh dari sini”
Vladimir : “Tidak bisa”
Estragon :”Kenapa tidak?”
Vladimir : “Kita harus kembali lagi besok”
Estragon : “Untuk apa?”
Vladimir : “Untuk menunggu Godot”
Estragon : “Ah! (hening) dia tidak datang?”
Vladimir : “Tidak”
Estragon : “Dan sekarang sudah terlambat”
Vladimir : “Ya, sekarang sudah malam”
Estragon : “bagaimana jika kita meninggalkannya?”
Vladimir : “Dia akan menghukum kita (hening. Dia melihat ke
pohon) segalanya mati kecuali pohon itu”
Estragon : “ (melihat ke pohon) Apa itu?”
Vladimir : “Itu pohon”
Estragon : “Ya, tapi pohon jenis apa?”
Vladimir : “Aku tidak tahu. Pohon kayu (Estragon menarik Vladimir
menuju pohon. Mereka berdiri diam di depannya. Hening)”
Estragon : “Kenapa kita tidak gantung diri?”
Vladimir : “Dengan apa?”
Estragon : “Kau bahkan tak punya seutas tali?”
Vladimir : “Tidak
Estragon
Kalau begitu kita tidak bisa melakukannya (hening)
Kalau begitu kita tidak bisa melakukannya (hening)
Vladimir : “Ayo pergi”
Estragon : “Tunggu. Ada sabukku”
Vladimir :”Tapi terlalu pendek”
Estragon : “Benar”
Estragon : “Katamu kita harus kembali besok?”
Vladimir : “Ya”
Estragon : “Kalau begitu kita bisa membawa seutas tali”
Vladimir : “Ya. (hening)”
Estragon : “Didi”
Vladimir : “Ya”
Estragon : “Aku tidak bisa terus begini”
Vladimir : “Itu pikirmu”
Estragon : “Bagaimana jika kita berpisah? Mungkin akan lebih
baik buat kita”
Vladimir : “Kita akan
gantung diri besok. (pause) kecuali jika Godot datang”
Estragon : “Dan jika dia datang?”
Vladimir : “Kita akan terselamatkan (Vladimir melepas topinya
– yang sebenarnya milik Lucky – menatap tajam ke dalamnnya, meraba-raba bagian
dalamnya, menguncang-guncangkannya, mengetuk-ngetukkan bagian atasnya,
memakainya kembali)”
Estragon : “Bagaimana, bisakah kita pergi sekarang?”
Vladimir : “Tarik celanamu”
Estragon :”Apa?”
Vladimir : “Tarik celanamu”
Estragon : “Kau ingin melepas celanaku?”
Vladimir :”Tarik celanamu”
Estragon :” (sadar kalau celananya melorot ke bawah) Benar
(dia menarik celananya ke atas)”
Vladimir : “Bagaimana? Bisakah kita pergi sekarang?”
Estragon : “Ya, ayo kita pergi (mereka tidak bergerak)”
Tamat
Waiting for Godot
merupakan sebuah naskah drama yang sudah beberapa kali dipentaskan.
Naskah ini pertama kali dipentaskan di Paris pada tanggal 5 januari
1953[1]. Naskah aslinya berbahasa Prancis yang kemudian diterjemahkan ke
dalam banyak bahasa termasuk bahasa Indonesia. Waiting for godot mulai
ditulis pada tanggal 9 Oktober 1948 dan selesai pada tanggal 29 Januari
1949.[2] Naskah drama ini terdiri dari dua babak. Babak I dan babak II
menunjukkan setting tempat dan waktu yang sama, yaitu di suatu jalan di
desa pada suatu senja. Pada jalan itu terdapat sebuah pohon. Pada babak
I, pohon itu tanpa daun, dan pada babak II sudah muncul beberapa helai
daun. Tokoh yang terdapat dalam naskah ini hanya lima orang, yakni
Vladimir, Estragon, Pozzo, Lucky, serta Boy. Namun dalam dialog yang
diucapkan oleh para tokoh tersebut muncul nama Godot, ialah tokoh yang
mereka nantikan. Godot tidak muncul dalam teks drama secara konvensional
dalam artian hanya ada nama tokoh dan dialog tetapi hanya dalam ucapan
tokoh tokoh yang membicarakannya. Dengan kata lain, kehadiran Godot
adalah “ex absentia”, yakni keberadaan dari ketiadaan. Ia dibicarakan
terus menerus namun ia tidak muncul. Ketiadaan dirinya telah
menjadikannya sebagai pusat perhatian dan dengan cara yang demikian
itulah ia menunjukkan kekuasaannya dalam hal daya paksanya terhadap
Vladimir dan Estragon untuk tetap menunggunya datang.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/othinx/sekilas-tentang-waiting-for-godot_550e88f5813311882cbc647b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/othinx/sekilas-tentang-waiting-for-godot_550e88f5813311882cbc647b
Waiting for Godot
merupakan sebuah naskah drama yang sudah beberapa kali dipentaskan.
Naskah ini pertama kali dipentaskan di Paris pada tanggal 5 januari
1953[1]. Naskah aslinya berbahasa Prancis yang kemudian diterjemahkan ke
dalam banyak bahasa termasuk bahasa Indonesia. Waiting for godot mulai
ditulis pada tanggal 9 Oktober 1948 dan selesai pada tanggal 29 Januari
1949.[2] Naskah drama ini terdiri dari dua babak. Babak I dan babak II
menunjukkan setting tempat dan waktu yang sama, yaitu di suatu jalan di
desa pada suatu senja. Pada jalan itu terdapat sebuah pohon. Pada babak
I, pohon itu tanpa daun, dan pada babak II sudah muncul beberapa helai
daun. Tokoh yang terdapat dalam naskah ini hanya lima orang, yakni
Vladimir, Estragon, Pozzo, Lucky, serta Boy. Namun dalam dialog yang
diucapkan oleh para tokoh tersebut muncul nama Godot, ialah tokoh yang
mereka nantikan. Godot tidak muncul dalam teks drama secara konvensional
dalam artian hanya ada nama tokoh dan dialog tetapi hanya dalam ucapan
tokoh tokoh yang membicarakannya. Dengan kata lain, kehadiran Godot
adalah “ex absentia”, yakni keberadaan dari ketiadaan. Ia dibicarakan
terus menerus namun ia tidak muncul. Ketiadaan dirinya telah
menjadikannya sebagai pusat perhatian dan dengan cara yang demikian
itulah ia menunjukkan kekuasaannya dalam hal daya paksanya terhadap
Vladimir dan Estragon untuk tetap menunggunya datang.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/othinx/sekilas-tentang-waiting-for-godot_550e88f5813311882cbc647b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/othinx/sekilas-tentang-waiting-for-godot_550e88f5813311882cbc647b
Waiting for Godot
merupakan sebuah naskah drama yang sudah beberapa kali dipentaskan.
Naskah ini pertama kali dipentaskan di Paris pada tanggal 5 januari
1953[1]. Naskah aslinya berbahasa Prancis yang kemudian diterjemahkan ke
dalam banyak bahasa termasuk bahasa Indonesia. Waiting for godot mulai
ditulis pada tanggal 9 Oktober 1948 dan selesai pada tanggal 29 Januari
1949.[2] Naskah drama ini terdiri dari dua babak. Babak I dan babak II
menunjukkan setting tempat dan waktu yang sama, yaitu di suatu jalan di
desa pada suatu senja. Pada jalan itu terdapat sebuah pohon. Pada babak
I, pohon itu tanpa daun, dan pada babak II sudah muncul beberapa helai
daun. Tokoh yang terdapat dalam naskah ini hanya lima orang, yakni
Vladimir, Estragon, Pozzo, Lucky, serta Boy. Namun dalam dialog yang
diucapkan oleh para tokoh tersebut muncul nama Godot, ialah tokoh yang
mereka nantikan. Godot tidak muncul dalam teks drama secara konvensional
dalam artian hanya ada nama tokoh dan dialog tetapi hanya dalam ucapan
tokoh tokoh yang membicarakannya. Dengan kata lain, kehadiran Godot
adalah “ex absentia”, yakni keberadaan dari ketiadaan. Ia dibicarakan
terus menerus namun ia tidak muncul. Ketiadaan dirinya telah
menjadikannya sebagai pusat perhatian dan dengan cara yang demikian
itulah ia menunjukkan kekuasaannya dalam hal daya paksanya terhadap
Vladimir dan Estragon untuk tetap menunggunya datang.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/othinx/sekilas-tentang-waiting-for-godot_550e88f5813311882cbc647b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/othinx/sekilas-tentang-waiting-for-godot_550e88f5813311882cbc647b
Waiting for Godot
merupakan sebuah naskah drama yang sudah beberapa kali dipentaskan.
Naskah ini pertama kali dipentaskan di Paris pada tanggal 5 januari
1953[1]. Naskah aslinya berbahasa Prancis yang kemudian diterjemahkan ke
dalam banyak bahasa termasuk bahasa Indonesia. Waiting for godot mulai
ditulis pada tanggal 9 Oktober 1948 dan selesai pada tanggal 29 Januari
1949.[2] Naskah drama ini terdiri dari dua babak. Babak I dan babak II
menunjukkan setting tempat dan waktu yang sama, yaitu di suatu jalan di
desa pada suatu senja. Pada jalan itu terdapat sebuah pohon. Pada babak
I, pohon itu tanpa daun, dan pada babak II sudah muncul beberapa helai
daun. Tokoh yang terdapat dalam naskah ini hanya lima orang, yakni
Vladimir, Estragon, Pozzo, Lucky, serta Boy. Namun dalam dialog yang
diucapkan oleh para tokoh tersebut muncul nama Godot, ialah tokoh yang
mereka nantikan. Godot tidak muncul dalam teks drama secara konvensional
dalam artian hanya ada nama tokoh dan dialog tetapi hanya dalam ucapan
tokoh tokoh yang membicarakannya. Dengan kata lain, kehadiran Godot
adalah “ex absentia”, yakni keberadaan dari ketiadaan. Ia dibicarakan
terus menerus namun ia tidak muncul. Ketiadaan dirinya telah
menjadikannya sebagai pusat perhatian dan dengan cara yang demikian
itulah ia menunjukkan kekuasaannya dalam hal daya paksanya terhadap
Vladimir dan Estragon untuk tetap menunggunya datang.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/othinx/sekilas-tentang-waiting-for-godot_550e88f5813311882cbc647b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/othinx/sekilas-tentang-waiting-for-godot_550e88f5813311882cbc647b
Tidak ada komentar :
Posting Komentar